Sunday 27 January 2013

Pengalaman John Holt

     Buku yang baru saja saya baca berjudul “mengapa siswa gagal” ini adalah buku terjemahan yang dikarang oleh John Holt yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1964. Dengan judul asli “How Children Fail” dan diterbitkan oleh Pitman Publishing Company, New York. Buku dalam Bahasa Indonesianya baru dipublikasikan pada tahun 2010 oleh Penerbit Erlangga dicetak oleh PT Gelora Aksara Pratama. Baru membaca identitias buku saja, saya langsung takut karena ada hak ciptanya. Jadi pada laman ini saya hanya akan bercerita sedikit tentang isi bukunya. Khususnya topik yang saya anggap menarik sebagai calon guru.

     Seperti yang sudah kita lihat dalam identitias buku, buku ini sudah tua usiannya. Namun, kita tentu boleh membacanya karena setiap buku selalu memiliki pengalaman, dan pengalaman adalah guru yang baik. Jadi, inilah sekilas tentang buku tersebut.


      John Holt berpikir bahwa ada dua jenis siswa yaitu siswa pemikir dan siswa produser. Siswa pemikir adalah siswa yang berpikir bagaimana cara ia mendapatkan hasil melalui sebuah proses dedagkan produser hanya memikirkan jawabannya apa. 

      Ada sebuah game yang menurut saya patut dicoba di dalam kelas namanya “Twenty Questions” artinya 20 soal. Dimana guru memikirkan angka atau kata dan siswa disuruh menebak dengan memberikan setidaknya 20 soal kepada guru. Istilahnya, tebak-tebakan. Ada juga cara bermain pecahan dengan balok-balok yang disebut dengan Cuisenaire Rod dimana balok balok tersebut menurut saya sangant asyik digunakan di pelajaran matematika. Silakan mencoba.

     Di halaman 166 ada tulisan yang mengatakan bahwa sebenarnya guru itu bukan membuat muridnya cerdas tapi malah membuat mereka terlihat bodoh. Saya setuju dengan tulisan itu. Aku jadi teringat seaktu SD kelas 6 guruku bercerita soal “mencangkok”. Tetapi kakekku mengajariku cara mencangkok langsung dikebun pada waktu aku SD kelas 3. Ironis!

      Halaman 281 bercerita soal intelegensi itu adalah sebuah bentuk pertahanan diri terhadap lingkungan. Hal ini jelas membongkar otak saya. Saya pikir intelegensi adalah kepandaian atau sesuatu yang bisa disombongkan, tapi ternyata inteligensi adalah suatu tindakan dan bukan pengetahuan. 

      Dari buku yang kurang lebih setebal 320 lembar itu, saya hanya dapat berbagi segelintir saja. Pengalaman pak John Holt dan temannya itu tentu sangat bermanfaat bagi semua guru. Saya jadi ingin membaca buku pendidikan lainnya. Tunggu saja.


“I read when I am waiting for someone”
 –Yo Hana-

No comments:

Post a Comment